Salah satu alasan terbesar mengapa masyarakat
enggan mengonsumsi salmon ternak
adalah isu adanya bahan kimia pada makanan dan juga pewarna. Dengan bahan kimia
tersebut, tampilan daging salmon
ternak jadi lebih merah muda atau oranye dan mendekati salmon yang ditangkap secara liar.
Lantas benarkah isu bahwa dewasa ini bahan kimia
dan perwarna tetap digunakan pada salmon?
Apakah bahan kimia itu berbahaya?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas,
simak uraian lengkap tentang fakta pakan kimia dan juga pewarna daging pada salmon di bawah ini.
Penggunaan Bahan Kimia pada Salmon Ternak
Source -
biogreenscienceasc
Di internet banyak sekali isu beredar terkait
degan salmon ternak yang sangat
beracun. Bahkan, mengonsumsi salmon
bisa menyebabkan banyak penyakit seperti kanker dan juga rusaknya fungsi organ
tubuh, seperti organ hati yang tidak kuat dengan kandungan obat kimia.
Faktanya, tidak semua salmon yang diternakkan mengandung senyawa kimia. Di awal-awal
dekade pembiakan, memang banyak peternak salmon yang menggunakan pakan dengan
campuran kimia tertentu. Tujuannya agar salmon menjadi cepat besar, cepat
dipanen, dan memiliki warna daging yang sama dengan ikan liar.
Namun, walaupun kebiasaan menggunakan zat kimia
tambahan sudah mulai dihilangkan, isu tersebut masih terus dipercaya oleh
sebagian besar konsumen. Akhirnya,
alih-alih membeli salmon ternak yang
lebih terjangkau, masyarakat lebih memilih salmon
liar dengan selisih harga tinggi di pasaran.
Memasuki tahun 2000-an, Nowegian Food Safety
Authority mengambil sampel sekitar 12.000 ikan
dari seluruh peternakan di negara tersebut. Sampel ikan itu kemudian diberikan kepada NIFES (The National Institute of
Nutrision and Seafood Reserach) untuk diteliti.
Dari hasil penelitian tersebut, NIFES bisa
mengetahui kandungan apa saja yang terdapat dalam ikan-ikan hasil peternakan
dan bisa mengantisipasi komponen asing yang mungkin berbahaya untuk dikonsumsi
oleh khalayak,
Selama 12 tahun penelitian, tidak ditemukan
bahan-bahan kimia yang berbahaya pada ikan.
Kandungan bahan berbahaya lain seperti merkuri dan PCB juga semakin rendah dari
tahun ke tahun. Bahkan sejak tahun 2006, kandungan PCB yang ada pada ikan salmon ternak berkurang menjadi separuhnya. Dengan kandungan ini, salmon sangat aman untuk dikonsumsi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh NIFES,
kita bisa membuat kesimpulan awal bawah salmon
ternak tidak berbahaya. Dengan pengolahan yang tepat, kandungan PCB juga hilang
sehingga risiko terkena penyakit seperti kanker bisa diturunkan.
Penggunaan Pewarna pada Salmon Ternak
Source - flickr
Isu kedua setelah pakan yang mengandung bahan
kimia berbahaya adalah digunakannya pewarna buatan pada daging salmon untuk membuat ikan terlihat seperti tangkapan liar,
sehingga lebih laku dipasaran. Peternak salmon
dianggap melakukan penipuan karena banyak masyarakat memilih salmon dengan daging lebih merah atau
oranye, meski harganya lebih mahal.
Anggapan penggunaan bahan pewarna pada salmon sebenarnya isapan jempol belaka.
Salmon ternak yang ada di pasaran
tidak menggunakan bahan berbahaya itu. Sebelum kita mempercayai berita hoaks tersebut, mari simak fakta tentang
warna daging ikan salmon berikut ini.
Warna merah muda atau oranye pada daging ikan salmon berasal dari antioksidan bernama astaxanthin. Kandungan ini
meningkatkan kerja pembuluh darah dan menekan kolesterol jahat pada tubuh.
Mengonsumsi salmon secara rutin akan
mengurangi risiko penyakit jantung pada individu sehat.
Pada salmon
liar yang ada di lautan, warna merah yang mengandung astaxantin ini berasal
dari krill atau sejenis udang kecil. Karena bebas berenang, salmon liar bisa mendapatkan banyak
makanannya sehingga warna daging menjadi lebih oranye atau merah muda dan
disukai oleh banyak orang.
Salmon ternak tidak
bisa mendapatkan krill dalam jumlah yang banyak. Keterbatasan ruang gerak
membuat ikan hanya memakan apa saja
yang disediakan. Pengelola ternak biasanya menambahkan pakan yang mengandung
sintetis dari astaxanthin yang identik dan alami untuk ikan.
Bahan sintetis inilah yang digadang-gadang
berbahaya bagi kesehatan. Padahal Astaxanthin yang diberikan tidak hanya
membantu ikan mencukupi kebutuhan
pangannya, tetapi juga berguna sebagai antioksidan yang mampu meningkatkan
imunitas ikan.
Seandainya bahan tersebut dianggap berbahaya,
tentu NIFES sudah melakukan protes karena semua peternakan di Norwegia
menggunakan bahan ini untuk menunjang kesehatan ternak ikan salmonnya.
Kesimpulan
Source -
personalitydinnyria
Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa isu
tentang salmon yang mengandung bahan
kimia dan pewarna berbahaya adalah isapan jempol belakang. Faktanya, salmon yang diternakkan di Norwegia
aman dikonsumsi oleh banyak orang. Lembaga seperti NIFES terus melakukan
kontrol ketat sehingga peluang terjadi kecurangan sangatlah kecil.
Oh ya, selain bahan kimia dan juga pewarna, salmon yang telah diedarkan ke banyak
negara, termasuk Indonesia, juga
bebas dari antibiotik. Sejak tahun 1987 kandungan antibiotik yang diberikan
oleh peternak pada ikan semakin
menurun dan tidak lagi membahayakan tubuh.
Terakhir, The Norwegian Food Safety Authority
juga menegaskan kalau produk salmon,
baik segar atau beku, bebas dari
parasit seperti anisakis hingga aman untuk dijadikan sushi atau sashimi.
Demikianlah sedikit uraian tentang isu bahan
kimia dan juga pewarna yang ada di dalam salmon.
Semua uraian di atas bisa digunakan sebagai acuan untuk membeli salmon di supermarket atau Anda yang
ada di Jakarta bisa melakukannya
secara online di SalmonHu.com .
Sumber Pendukung
Sumber Pendukung
- https://www.nifes.no/en/more-environmental-pollutants-in-wild-salmon-than-in-farmed-salmon/
- https://www.nifes.no/en/preliminary-results-monitoring-illegal-substances-pharmaceuticals-farmed-fish-2015/
- https://www.nifes.no/en/no-residues-of-veterinary-drugs-above-permitted-limits-in-farmed-fish/
- https://www.nifes.no/en/norwegian-farmed-fish-is-safe-food/
- https://www.mattilsynet.no/language/english/fish_and_aquaculture/farmed_norwegian_salmon_safe_for_sushi_and_sashimi.20059
- https://sjomatdata.nifes.no/
No comments:
Post a Comment